Mengulik Tradisi Unik Medekingi, Benarkah Mitos Hamil Anak ke-3 Lebih Sulit?

Tradisi Medekingi Untuk Ibu Hamil

Hi sobat kreasi…

Akhirnya aku nongol juga ya, setelah hampir satu bulan tidak publish artikel sama sekali. Yups… hehehe… dalam artikel kali ini aku mau cerita kenapa aku menghilang selama hampir sebulan ini dan apa sih kaitan mitos hamil anak ke-3 yang katanya lebih sulit serta tradisi unik medekingi yang baru aku tau 😊

Apa ada mom pembaca yang pernah mengalami hamil anak ke-3?
Ataukah ada yang memiliki rencana hamil anak ke-3?

Ikuti artikelku berikut yuk……

Pengalamanku Hamil Anak ke-3

Sekarang ini aku sedang hamil anak ke-3. Usia kandunganku sekarang sudah masuk usia 9 bulan. Sejak awal kehamilan memang daya tahan fisikku terasa lebih lemah jika dibandingkan dengan proses kehamilan anak pertama dan kedua.

Sampai akhirnya tepatnya sebulan yang lalu, aku mengalami pecah ketuban dini dan kondisi ketuban sudah keruh, badanku panas demam, aku merasa seperti mau melahirkan. Yang membuat kami panik si baby tidak ada gerakan sama sekali semalaman.

Tapi yang menjadi masalah adalah berat bayi masih 1,7 kg, sehingga dokter berusaha untuk melakukan treatment agar kondisi normal kembali. Akhirnya, aku harus opname selama 2 hari di Rumah Sakit untuk treatment penguatan paru bayi dan menormalkan kondisi cairan ketuban serta fisik ibu.

Setelah selesai treatment kondisi sudah mulai membaik, namun harus istirahat total. Buat jalan susah, buat duduk gak bisa bertahan lama. Aku tidak bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.

Awalnya aku kira semua ibu yang hamil diusia yang sudah tidak muda lagi (kebetulan usiaku sekarang 36 tahun) akan merasakan hal yang sama. Karena kondisi fisik pasti tidak seperti ketika hamil dengan usia di bawah 30 tahun.

Namun, saudara-saudaraku tiba-tiba membuat slametan medekingi untuk kehamilanku. Hehehee…. Aku baru dengar tradisi ini. Ternyata ini adalah tradisi jawa, dan meskipun aku orang jawa tradisi ini baru kukenal.

Dari situ aku mencari tau tentang tradisi selamatan medekingi dan kaitannya dengan mitos kehamilan anak ke-3 yang dipercaya lebih banyak tantangan, dan terasa lebih sulit.

Mitos Hamil Anak Ketiga

Mitos Hamil Anak ke-3 Lebih Sulit

Mitos hamil anak ke-3 lebih sulit banyak dipercaya khususnya bagi sebagian besar masyarakat Suku Jawa. Mitos ini ternyata masih berkembang hingga sekarang, utamanya pada generasi tahun 80-90 an.

Seorang ibu yang hamil anak ke-3 dipercaya akan menghadapi tantangan yang lebih berat jika dibandingkan dengan kehamilan anak ke-1 dan ke-2. Mitos ini dipercaya secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Oleh karena itu, sebagai upaya memohon doa agar proses kehamilan dan melahirkan anak ke-3 dapat berjalan dengan lancar maka masyarakat memiliki tradisi selamatan medekingi. Keluarga mengadakan ritual ini dengan tujuan untuk memohon do’a dan dukungan dari sanak saudara dan tetangga agar yang maha kuasa memberikan keselamatan bagi calon bayi dan ibu.

Apa itu Tradisi Unik Medekingi?

Medekingi adalah salah satu ritual kehamilan bagi ibu yang mengandung anak ke-3, ke-5, ke-7, dan seterusnya. Medekingi berarti selamatan deking. Deking yaitu nasi aking dengan lauk sura (semacam bubur sura), goreng kelapa (cemplung), tahu, tempe, ikan kering, tauge, telur ayam dan sebagainya. Makanan tersebut ditata di atas piring selanjutnya dibagikan ke sanak keluarga dan tetangga.

Upacara Medekingi dilaksanakan atas kepercayaan, bahwa kelahiran anak yang ke-3, ke-5, ke-7 dan seterusnya biasanya susah. Upacara Medekingi dilakukan sebagai upaya spritual untuk menolak hal-hal yang tidak dikehendaki dan melancarkan proses persalinan.

Jalan upacara Medekingi adalah jauh hari sebelum upacara, ibu hamil telah menyiapkan bahan nasi aking. Bisa dengan membuat sendiri, membeli, dan tak jarang diberi oleh kerabat dekat. Untuk anak yang ke-3 biasanya dilaksanakan pada akhir bulan ketiga usia kandungan. Demikian pula untuk anak kelima.

Setelah perlengkapan selamatan tersedia, maka diundanglah sesepuh pria atau wanita untuk mendoakan keselamatan ibu hamil dan keluarganya. Selesai berdoa, nasi akingpun dibagikan kepada sanak keluarga dan tetangga. Selanjutnya para sesepuh memberi air kepada si ibu untuk diminum.

Setelah itu memegang perut ibu hamil sambil berucap “Jabang, lamun mbesuk metu ning alam padang, aja gawe rewel, aja angel” (Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id).

Tips Untuk Ibu Hamil

Menyiapkan Kehamilan Ke-3 Lebih Sehat, Tenang dan Menyenangkan

Adanya mitos atau kepercayaan masyarakat tentang kehamilan anak ke-3 yang lebih sulit, yang memang sudah dipercaya turun temurun hendaknya tetap kita hormati ya sobat, namun jangan sampai membuat kita cemas dan khawatir berlebihan.

Dengan adanya mitos yang dipercaya bahwa hamil ke-3 akan terasa lebih sulit. Adanya kemungkinan tantangan lebih besar dengan resiko komplikasi kehamilan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehamilan ke-1 dan ke-2, maka hendaknya persiapan-persiapan dilakukan dengan lebih matang baik secara fisik, mental maupun spiritual.

Bagi masyarakat jawa sendiri, tradisi selamatan medekingi menjadi salah satu upaya untuk menenangkan hati ibu dan keluarga. Karena dengan tradisi tersebut dipercaya dapat mengalihkan emosi negatif dari kehamilan ke-3.

Namun persiapan lain juga perlu dilakukan, misalkan persiapan fisik yang menjadi hal yang sangat penting. Agar kehamilan dapat berjalan dengan sehat dan lancar, ibu perlu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, minum air putih yang cukup, melakukan olah raga yang cukup dan mengkonsumsi supplement serta vitamin yang dibutuhkan untuk kesehatan ibu dan janin. Serta lakukan pemeriksaan kandungan secara rutin baik ke dokter atau bidan untuk memantau kesehatan pada proses kehamilan.

Kemudian, penting juga untuk menyiapkan mental dan emosional pada masa kehamilan. Keluarga dan teman terdekat memiliki peran penting yaitu sebagai support system yang dapat mendukung ibu hamil. Adanya support system yang positif akan dapat membantu ibu untuk kuat dan positif selama kehamilan.

Yang tak kalah penting adalah persiapan secara spiritual. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa maka penting untuk selalu mendekatkan diri kepada Nya. Dengan seorang ibu senantiasa selalu berupaya dekat denganNya, berpasrah atas segala yang ditakdirkan untuknya, maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi seorang ibu dalam menghadapi proses kehamilannya.

Nah, itulah cerita pengalamanku dikehamilan ke-3, serta hasil kulikanku terkait tradisi unik medekingi, benarkah mitos hamil anak ke-3 lebih sulit?

Kalau pengalaman mom sendiri gimana? Apakah kehamilan ke-3 lebih sulit dibandingkan dengan kehamilan ke-1 dan ke-2? Ataukah ada saudara atau teman yang memiliki cerita tentang kehamilan ke-3? Yuk berbagi cerita dikolom komentar 😊

4 komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Semoga sudutpandangnovita dapat membuat readers nyaman.

Ditunggu celotehnya dikolom komentar, namun jangan tinggalkan link hidup ya... 😊
  1. MasyaAllah artikelnya sangat bermanfaat. Baru tau juga mbak ada istilah seperti ini. Dan ternyata luar biasa ya momen menyambut persalinan. Saya aja yg baru satu masih teringat jelas momen lahiran (ngeri-ngeri tak sedap), apalagi ini mau 3. Semoga dilancarkan segala urusannya dan persalinannya aman menyenangkan serta selamat baik ibu dan debaynya mb.

    BalasHapus
  2. Saya ngalami kondisi pecah ketuban keruh dan kelahiran yang sulit pas anak kedua mbak. Anak ketiga alhamdulilah Allah mudahkan. Tradisi memang kadang aneh ya, bikin mikir soal maksudnya apa. Di tempatku nasi aking ini konotasinya negatif, tapi di tempat lain ternyata diajeni. Negeri kita emang kaya budaya ya

    BalasHapus
  3. Baru tahu tentang tradisi ini. Kalau aku kmrn hamil anak ke-3 lebih galau dari sebelumnya. Karena lewat HPL di ultimatum dokter untuk dipacu. Jadi makin deg-degan. Pas udah bukaan dan periksa ke puskesmas kok katanya kepala bayi masih belum turun. Waduuh, udah overthinking. Gimana kalau harus SC. Ternyata bayinya kalungan usus, hehe... Alhamdulillah bisa lahir dengan lancar.

    BalasHapus
  4. saya baru tahu ada mitos tradisi mendekingi, pastinya ada petuah dibalik setiap tradisi yang ada di masyarakat, terima kasih informasinya mbak

    BalasHapus